PENTINGNYA BERBAGI
Akhir-akhir ini, istilah 'giving back' tengah marak. Semua berlomba ingin berbagi dan memberi kebaikan bagi sesama. Altruisme atau perilaku mendahulukan kepentingan orang lain sejak lama menjadi salah satu nilai baik yang diwariskan dari generasi ke generasi. Lima alasan ini, barangkali akan bisa menambah semangat kita berbagi dan menyebarkan kebaikan.
Membuat
Bahagia
Sebuah studi
yang dilakukan oleh Professor Michael Norton di Harvard Business School
menemukan bahwa memberi uang pada orang lain lebih meningkatkan
kebahagiaan orang-orang yang diteliti ketimbang bisa uang tersebut
digunakan untuk keperluannya sendiri. Profesor psikologi yang juga banyak
meneliti tentang kebahagiaan, Sonja Lyubomirsky juga menemukan hasil yang
serupa ketika ia meminta beberapa orang untuk melakukan lima kebaikan
dalam satu pekan selama enam pekan berturut-turut.
Rasa bahagia
itu merupakan refleksi dari tubuh kita. Pada 2006, Jorge Moll dan koleganya di
National Institute of Health menemukan bahwa ketika sesorang memberikan derma
dan kebaikan, hal tersebut mengaktifkan bagian-bagian otak yang terhubung
dengan kenikmatan, koneksi sosial, dan kepercayaan yang kesemuanya
menciptakan efek pendar yang hangat.
Banyak
ilmuwan yang juga meyakini bahwa perilaku peduli pada orang lain dapat
mengeluarkan endorfin di otak dan menghasilkan sebuah perasaan positif yang
disebut sebagai “helper’s high”.
Baik Untuk
Kesehatan
Banyak riset
mengaitkan berbagai bentuk kebaikan dengan kesehatan yang lebih baik,
bahkan terjadi pada mereka yang kondisi kesehatannya tidak baik dan para
manula. Dalam bukunya, Why Good Things Happen to Good People,
Stephen Post, profesor kedokteran prefentif dari Universitas Stony Brook
mengatakan bahwa berbagi dengan orang lain menunjukkan peningkatan
kesehatan pada orang dengan penyakit kronis, termasuk HIV Aids dan
sclerosis ganda.
Sebuah studi
pada 1999 yang dipimpin oleh Doug Oman dari Universitas California,
Berkeley, menemukan bahwa orang-orang lanjut usia yang menjadi relawan
pada dua atau lebih organisasi memiliki usia lebih panjang hingga lima
tahun dibanding mereka yang tidak menjadi relawan. Hal yang serupa juga
ditemui oleh Stephanie Brown dari University of Michigan dalam studi pada
pasangan-pasangan berusia lanjut yang ia lakukan pada 2003. Stephanie dan
koleganya dalam penelitian itu menemukan bahwa orang-orang yang kerap membantu
teman, keluarga dan tetangga mereka atau memberi dukungan emosional pada
pasangannya memiliki kualitas kesehatan lebih baik dan memperpanjang
usianya lima tahun lebih lama dari mereka yang tidak melakukan hal
tersebut. Menariknya, bila memberi bantuan bisa memperpanjang umur, menerima
bantuan tidak lantas terkait dengan berkurangnya risiko kematian.
Meningkatkan
Kerjasama dan Hubungan Sosial
Ketika kita
memberi, kita sebenarnya sedang menerima. Beberapa studi, termasuk di
antaranya yang dilakukan oleh sosiolog Brent Simpson dan Robb Willer, yang
melihat bahwa ketika seseorang berbagi dengan orang lain, kebaikan itu
akan terus berlanjut seperti sebuah pertandingan lari estafet karena orang yang
menerima kebaikan dari seseorang akan melakukan kebaikan juga bagi orang
lain. Bila kita meyakini bahwa kebaikan adalah sebuah lingkaran,
maka kebaikan yang kita beri lewat berbagi itu, akan kembali lagi pada
kita, meski barangkali dalam bentu dan dari orang berbeda. Pertukaran
kebaikan ini akan menguatkan ikatan kita dengan orang lain. Selain itu,
ketika memberi, kita tak hanya membuat mereka merasa lebih dekat pada
kita, tapi juga membuat kita merasa lebih dekat dengan mereka. “Berbuat
baik dan murah hati akan membawa orang lain menjadi lebih positif dan lebih
ingin berbagi,” kata penulis buku The How of Happiness, Lyubomirsky dalam
bukunya.
Membangkitkan
Rasa Syukur
Meski memberi
acap dianggap lebih mulia dan menerima tak memberi dampak sebaik memberi,
sesungguhnya aktivitas memberi dan menerima ini sama-sama membuat bahagia
dan menghadirkan rasa syukur. Berbagai riset menemukan bahwa rasa
syukur merupakan elemen integral dari kebahagiaan, kesehatan dan
hubungan sosial. Robert Emmons dan Michael McCullough, direktur dari
Research Project on Gratitude and Thankfulness menemukan bahwa mengajarkan
mahasiswa “menghitung berkah” dan membiasakan bersyukur, membuat mereka
lebih optimistis dan merasa lebih baik dalam melihat seluruh hidup mereka.
Sementara sebuah studi yang diinisiasi oleh Nathaniel Lamber di Florida
State University menemukan kalau menyatakan rasa terima kasih pada teman
dekat atau pasangan bisa menguatkan hubungan kita dengannya.
Berbagi Mudah
Menular
Tentu saja,
penularan dalam berbagi ini baik dan tak berbahaya. Ketika kita berbagi, kita
bukan hanya membantu dan membahagiakan mereka yang secara langsung
menerima kabaikan kita, tapi juga menciptakan ripple effect dari
kebaikan tersebut untuk komunitas yang lebih besar. Sebuah studi yang dilakukan
oleh James Fowler dari University of California, San Diego dan Nicholas
Christakis dari Harvard menerbitkan hasil penelitian mereka dalam
Proceedings of the National Academy of Science menunjukkan bahwa ketika
seseorang berlaku baik dan murah hati, hal itu menginspirasi mereka yang
mengamatinya untuk bersikap baik ketika ia bertemu dengan orang lain. Dan
nyatanya, para peneliti memang menemukan bahwa altruisme atau perilaku
mementingkan orang lain bisa menyebar hingga tiga lapis komunitas di sekitar orang
pertama yang melakukannya.
Penulis : Asma Rayfanna
Komentar
Posting Komentar